Pulang Ke . . . ? #KPMKP #HUTXXVI #LombaCerpen

KPMKP

Karya : Nurul Intan Syafitri (KPMKP Cab. Makassar) Keluarga Pelajar Mahasiswa Kab. Paser

Ilustrasi
“KITA PULANG !!” pria itu menambah tekanan pada pedal gas mobilnya. Telinganya menangkap setiap deru mesin mobil yang keluar, matanya berkilat-kilat menelanjangi papan bertuliskan “TOL REFORMASI” Sebuah senyum mengembang terbit di pipinya. 5 hari di Bulukumba menjadi catatan penting dalam perjalanan pernikahannya. Melelahkan, tapi ia percaya bahwa semua yang spesial butuh perjuangan. 

Hujan deras menyerbu ketika mereka berangkat kembali ke kota. Dingin menyergap. Hujan belum reda semenjak 4 jam yang lalu. Jalan tol tak terlihat jelas, hujan deras telah menenggelamkannya. Beberapa saat, pria itu membuka jendela mobil. Gigil menyerbunya, tapi tetap menikmati. Dingin di luar tak dapat mengalahkan hangatnya di dalam-di hatinya. 

“Halo, iya Daeng?,” Pria itu mengangkat handpone nya yang baru saja berdering “APA?!! Oh iya kami sudah masuk di jalan Tol, mungkin sekitar 1 jam lagi akan sampai” Salah satu tangan pria itu mengunci jendela mobil, suara hujan menyamarkan suara dari handpone nya.

Semua keluarga sudah menunggu mereka pulang, kabar gembira itu akhirnya datang. Haikal, pria yang mengemudikan mobil itu, dan Rena, pasangannya yang terlelap di kursi mobil belakang akan segera menikah. 6 Minggu lagi. Mereka pulang untuk membicarakan segala tetek bengek konsep pernikahan. Semua harus matang, ini sekali seumur hidup. Kemarin mama juga mengabarkan akan mengundang dua penyanyi terkenal untuk mengisi acara resepsi. Esok hari ketika ia sampai mungkin akan langsung berburu souvenir untuk tamu-tamu di pernikahannya nanti.

“Dia sedang tidur, Daeng” Haikal menengok ke belakang, pipinya mengembang tipis melihat wajah lelah Rena. Tubuh Rena dibiarkannya berbaring memanjang di kursi belakang, ia terlelap dalam dunianya. Mungkin terlalu capai mengomeli Haikal yang keras kepala tidak menggunakan self-belt.

“Ini perjalanan lumayan jauh kal, coba jangan menganggap remeh hal-hal kecil seperti ini. sesuatu yang besar itu juga berasal dari hal-hal kecil yang kita sepelekan. Ini pakai self-belt biar aman. Terus jangan lupa periksa barang-barang lagi, jangan sampai ada yang tertinggal. Ingatkan waktu ke malino kemarin, gara-gara kamu sepatu ku tertinggal” Rena menyerocos, tapi wajahnya yang sendu membuat ia terlihat lucu.

“ Ren, emak ku di gabungin 3 masih kalah cerewet sama kamu taulah” Haikal melengos, ia terpaksa memasang untuk sementara. Jika Rena tertidur diperjalanan ia akan membukanya kembali 

“Kalau habis nikah, 10 emak-emak bakalan gak sanggup nyaingin aku”

Ah pernikahan, Haikal memejamkan mata sesaat. Terbayang wajah-wajah bahagia akan menyambutnya, terkhayalkan pesta pernikahan yang sesak penuh tamu. Ya, ia akan mengundang semua kerabatnya, kolega bisnis, semuanya. Pernikahan ini akan menjadi momen yang lebih dari kata spesial. Ia ingin semua orang merasakan apa yang ia rasakan. Kemudian bayangannya mundur kebelakang, 3 hari yang lalu saat mereka menikmati secangkir kopi.

“Mau punya anak berapa Ren?”

“Dua”

“Gak mau Dua puluh?”

“Gila ! Kamu kira aku kucing bisa ngelahirin anak segitu banyaknya”

Rena tertawa. Haikal melanglang, ia selalu menyukai tawa renyah milik Rena. Ia ingin melihat senyum itu selamanya. 

Tapi sedetik, rasa bahagia itu langsung sirna, berubah menjadi keperihan yang teramat. Semua terjadi begitu cepat, secepat ia membuka matanya dari bayang-bayang itu. Tubuhnya terasa remuk, terhimpit. Ia merasa dada nya terhantam godam, nafasnya melemah, ia merasakan lehernya membeku. Mati rasa. Ada darah. Banyak Darah. Mobil yang ia kemudikan menambrak pembatas Tol.

Dari jeda kedipan matanya, ia berusaha keras menggapai orang yang berada di kursi belakang, Rena. Wanita itu tersengal, ia baru saja terbangun dari bayang-bayang yang sama. Pesta pernikahan, rumah impian, dan bayi-bayi yang lucu, sama persis. Mimpi yang sempurna. Wajah itu masih sempat tersenyum dalam bingkai darah yang mengucur dari kepalanya yang terhimpit atap mobil. Bibir ranum nan merah itu bergerak-gerak ingin mengatakan sesuatu, tapi tak mampu. Hanya karbondiosida yang menguar diudara. Sampai ia kembali melanjutkan tidurnya. Terlelap.

Haikal menggapai-gapai udara, memaksa untuk meraih wajah itu. Mengusapnya dengan lembut. Ia kemudian ikut menutup mata, tapi selamanya. Ia benar-benar pulang. Meski tak ingin pulang. 

“ Haikal..?? Haloo?? HAIKAL !!!! HALO !!” Suara dari handphone nya terus mengucapkan kata yang sama. Kengerian berubah menjadi realitas. 

Dan awal dari akhir kebahagian mereka adalah kelalaian yang sering orang-orang sepelekan : Handphone, Sabuk Pengaman dan Fokus.

Hujan mulai surut perlahan, dengan warna yang berbeda. Bercampur darah.
Tags

Posting Komentar

[disqus]

KPMB-MSC MAKASSAR

{facebook#https://www.facebook.com/kpmbmsc} {twitter#https://twitter.com/kpmb_msc} {pinterest#https://id.pinterest.com/kpmbmsc} {youtube#https://www.youtube.com/channel/UCGWBmUICFgRUm7fptGCOdwQ} {instagram#https://www.instagram.com/kpmb_msc}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget