“Harapanmu hanya pantas untuk orang yang menghargai kamu!
Air matamu adalah berlian dan hanya pantas jatuh
untuk orang yang menganggapmu berlian!”
|
Membicarakan tentang kaum hawa selalu saja menjadi hal yang menarik. Seringkali yang kita perbincangkan seputar hak-haknya dan perbedaannya dengan kaum Adam. Kali ini mari kita ulas sedikit lakon kaum hawa dalam ranah-ranah sosial. Perempuan yang ketika di lirik dari bahasa Yunani “Empu” yang artinya yang dimuliakan, memiliki derajat tersendiri yang tak bisa ditutup-tutupi atau di manipulasi sedemikian rupa. Perempuan, yang merupakan manifestasi sisi jamaliah Tuhan selalu saja ingin menunjukkan keindahan dan kelembutannya dengan berbagai cara. Tak perlu lagi kita ragukan perannya dalam ruang-ruang rumah tangga. Perempuan, selalu saja menjadi harapan. Para pejuang-pejuang revolusi diharapkan lahir dari rahim-rahim suci seorang perempuan yang sering kita sebut Ibu. Di luar rumah, upaya-upaya untuk membumikan emansipasi perempuan masih saja dilakukan. Meskipun begitu, eksistensi perempuan sangat terlihat. Dan eksistensinya itu mereka tunjukkan dengan cara berbeda-beda. Ada yang lebih memilih sebagai penyair, penulis, penjelajah alam dan banyak pula lainnya.
Bagaimana perempuan mengambil peran dalam ruang-ruang pendidikan, sebagai pendidik maupun sebagai yang dididik. Tak heran jika hari ini perempuan menduduki jabatan tertinggi dalam beberapa institusi resmi pemerintahan. Mulai dari kepala sekolah, rektor di perguruan tinggi sampai menjabat sebagai wakil rakyat kabinet kerja pemerintahan. Sebut saja Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan perempuan pertama di Indonesia dan Nila Djuwita Moeloek selaku Menteri Kesehatan.Lain skill lain peran yang diambil. Hal ini tidak hanya membuktikan keeksistensian perempuan namun juga menunjukkan perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam hal kepemimpinan. Bahkan seringkali kita dengar bahwa kualitas sebuah negara dilihat dari kualitas perempuannya. Perempuan, tiang negara.
Perempuan memiliki ide-ide cemerlang untuk menuntaskan berbagai problema kehidupan, tidak hanya dengan ketenangan dan kelembutannya tapi juga dengan keberaniannya. Berani dalam mengambil tindakan. Tegas dalam mengambil keputusan. Perempuan, yang sering dipandang sebelah mata bahwa ia hanya bisa tinggal di dalam rumah dan melaksanakan tugas-tugas rumah tangganya, menjawab segala isu miring yang diidentikan dengan dirinya. Mulai dari perempuan sebagai makhluk yang lemah, sebagai pelayan bahkan penghibur. Namun bisa jadi justru perempuanlah juga yang selalu mendiskriminasi dirinya sendiri. Bahkan muncul kalimat yang sering dilekatkan pada kaum Adam seputar hal yang dapat menjerumuskan mereka dalam hal negatif yaitu harta, tahta dan wanita. Tak dapat dibohongi kenyataan hari ini jika kebanyakan perempuan ternyata hanya menghabiskan waktunya untuk kesenangan sesaat mulai dari shopping, hangout di cafe dan restoran mahal bersama kawannya, menghias diri seelok mungkin. Membentuk citra yang justru mungkin menindas dirinya sendiri.
Teruntuk para perempuan, merdekakanlah diri kita! Tuntutlah ilmu sebanyak mungkin. Carilah pengalaman sesering mungkin. Ambillah peranmu sedini mungkin. Sungguh, jika bukan karena perempuan, dunia tak akan seimbang. Harapan terhadap lahirnya tunas-tunas penerus perjuangan akan pupus. Teguhkan prinsip hidup kita sekuat yang kita mampu agar tak ada seorangpun yang mampu mengelabui kita. Sentuhlah pahitnya dunia dengan kasih sayang. Melihat kondisi hari ini, perang tak lagi dengan pedang tajam dan tombak. Perempuan, sekolah pertama bagi anaknya. Perempuan, nafas revolusi. Perempuan, rahim kehidupan.
Via : TBA #MiniMagz #OrangMuda
Posting Komentar