Karya : Ramlah (Himpunan Mahasiswa Bontang) HMB Cab. Makassar
Aku berlari dengan cepat menaiki tangga dan mengunci pintu kamarku rapat-rapat. Kamar yang semula rapi,kini berubah menjadi acak-acakan. Keputusan ayah untuk melanjutkan SMAku di salah satu pesantren membuatku menjadi depresi. Apalagi mama tak membelaku saat persidangan kecil yang ku lakukan dengan papa. aku rasa mama tak berbakat jadi pengacara.
Aku nggak bisa bayangin kalau setiap hari aku musti pake jilbab,ngafalin hadis-hadis,makan ikan teri,ceramah kiri kanan. SUMPAH, ngebayanginnya aja aku sudah pusing,apalagi nempatinnya nanti. Yang nggak kalah pentingnya, aku sudah janji ma teman-teman untuk melanjutkan sma di sekolah yang berstandar tinggi. Malu dong kalau akhirnya aku menetap di pesantren.
******
“ayo cepatan jalannya dong sayang, jangan lemas gitu ah!” mama memberiku semangat yang tidak ampuh. Setiba di pesantren, aku masih sangat canggung dengan keadaan sekitar. Sementara mama sangat sibuk dengan barang-barangku yang diturunkan dari bagasi mobil.
“ma, kok papa niat banget mo nyekolahin Sheila di penjara suci kayak gini” kataku sembari mengikuti mama yang masih tetap sibuk berjalan sambil membawa barang-barangku memasuki asrama.
“itu karena papa mau yang terbaik untuk kamu. Dia nggak mau kalau anaknya nakal kayak remaja-remaja sekarang yang pergaulannya udah sangat bebas. Nah, ini kamar kamu ”sambil meletakkan barang-barangku di sebuah kamar yang lumayan luas”. Tapi, diisi oleh beberapa tempat tidur dan beberapa lemari. Alhasil, kamar ini jadi sempit.
“kamu nggak sendirian kok. Nanti kamu bakal punya banyak teman di kamar ini.”
“tapi kan Sheila belum kenal”aku mengerutkan alis
“iya,nantinya juga bakal kenal kok. Nah,kalau kamu mau makan di dapur belakang. Trus kalau mau mandi,dari sini belok kiri-mentok,dapat deh tuh wc”
Mama memperkenalkan ruangan satu per satu.
“mama tega yah liat Sheila menderita. Katanya, disini cuman makan ikan teri doang ma telur. Ayamnya paling seminggu sekali. Rasanya papa pengen bunuh Sheila deh”
Mama mengerutkan alis.
*******
Tidak terasa aku sudah tiga bulan menjalani kehidupan di asrama pesantren ini. Yah,walaupun awalnya berat, tapi asyik juga. Punya banyak teman. Walaupun semua penghuninya adalah wanita,but is oke lah. Seru juga kok. Banyak tempat curhat. disini semua anaknya baik dan ramah. Aku mulai merasakan solidaritas dan kebersamaan yang kuat.apalagi aku punya ririn dan icha. Ririn adalah tetangga asramaku sedangkan icha adalah teman sekamarku. Kami bertiga sekelas. Dan kami sering jalan,belajar,bercandagurau bersama. Ternyata hidup di pesantren itu tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya. Kau juga bisa lebih mengerti agama dan mendalami ajaran-ajaran islam.
“cha,kalau libur besok, kamu mau pulang kemana?”tanyaku pada icha saat berjalan pulang dari sekolah.
“nggak tahu nih. Belum jelas. Kayaknya di rumah aja deh. Kalau kamu gimana?”
“iya,sama. Kayaknya aku di rumah juga deh. Bentar lagi papaku jemput. Kalau kamu rin?” ku bertanya kembali pada ririn
“kayaknya ke rumah tante dulu deh. Nginap sehari trus besoknya mama jemput disana”
Tidak selang beberapa lama, terdengar pengumuman dari luar. Ternyata pembesuk icha sudah datang. Ia pun belari keluar menuju sumber suara.setelah beberapa menit,icha datang membawa bungkusan. Sepertinya makanan yang akan lebih dulu di sergap oleh ririn. Maklum tinggi badan 155 tapi berat badan 70 kilo. Hehehe,,, melebihi batas maksimum.
“apaan tuh cha? Makanan yah? Bagi dong!!”(kalian pasti tahu ini perkataan ririn)
“sabar dong rin, orang juga baru nyampe”dan ini perkataanku.
“nggak papa,buka aja!” icha yang nggak pelit pun mengeluarkan istilah yang selalu di balaskan untuk ririn saat pembesuk icha datang dengan membawa segudang makanan. Maklum saja Icha adalah anak dari seorang anggota DPR. Jadi wajar saja bila sekali besuk, dia bisa dapat pemasukan yang lumayan untuk 3 bulan.
Saat ingin menyantap makanan dari icha, tiba-tiba terdengar panggilan yang sepertinya menyebutkan namaku.
“samperin gih sana,ada panggilan tuh” pinta ririn
“bilang aja kalau kamu nggak mau aku bantuin untuk ngabisin makanan ini kan” candaku.
Aku lalu berlari keluar menemui pembesukku. Ternyata mama dan papa.
“Sheila, cepetan beresin barang-barang kamu ! papa lagi buru-buru nih” yah, itulah papa. si pemerintah. Nggak tahu apa kalau Sheila capek habis lari dari dalam. Daripada kena marah lagi, mending ku iyakan saja.
Ku bereskan pakaian dan semua barang. Kemudian pamit dengan semua teman kamar. Tak terkecuali ririn dan icha.
*******
Huffsstt,, senang juga sampai rumah. Lama nggak jumpa sama adik-adik. Apalagi sama teman-teman smp dulu. Mereka kemana semua yah sekarang??? Daripada penasaran, ku ambil handpone dan ku kirimkan pesan singkat lalu send all untuk reunian di rumah besok sore. Nggak sabar nunggu besok.
“teman-teman kamu pada kemana shel? Memangnya kamu janjian jam berapa? Sekarang sudah jam 4 sore” mama tampak kecewa karena teman-temanku yang tidak datang. Sementara ia sudah mempersiapkan banyak makanan untuk reunian ini. Aku juga mulai merasa gerah karena jilbab yang kukenakan ini. Tak selang beberapa lama, bel rumah pun berbunyi. Aku bergegas keluar menuju pintu.
“ hy…kok baru datang sih. Aku dari tadi nunggunya” sapaku pada ke tiga teman lamaku. Meta,astrid, dan cecyl. Mereka seperti heran melihat tatanan jilbab dan busana muslim yang kukenakan. Mata mereka mulai picnic dari ujung kaki sampai kepalaku. Rasanya mereka sedikit ilfeel denganku. Maklumlah, mereka semua di sekolah-sekolah umum yang pergaulan dan cara berpakaiannya sangat bertolak belakang dengan asrama pesantren yang sekarang ku tempati. Mereka datang dengan pakaian modis ala artis-artis barat.
“kalian kenapa?” tanyaku kembali
“nggak papa kok.hehehe” mereka tercengir aneh.
“kita ngobrol di dalam aja yah. Silakan masuk”
Acara reuniannya Alhamdulillah berjalan dengan baik. walaupun hanya sekitar 30 orang, tapi asyik juga. Aku melihat banyak perubahan dari semua teman lamaku. Tak sedikit dari mereka yang datang dengan mengendarai mobil.Banyak pengalaman yang kami ceritakan. Mulai dari sekolah, pacar, pelajaran dan masih banyak lagi. Acara ini selesai jam 7 malam. Aku sangat prihatin karena ternyata mereka sudah lalai untuk mengerjakan sholat. Saat adzan magrib berkumandang, hanya sekitar 2-3 orang yang ikut shalat berjama’ah dengan keluargaku. Hanya Doni dan tono yang shalat dari 10 orang pria yang hadir. Sementara dari wanita, hanya dewi yang dulunya kukenal nakal di smp. Ketiga teman akrabku dulu, meta, astrid dan cecyl, yang dulu kukenal sangat takut bila meninggalkan shalat, kini berubah sekali.Adaapa dengan mereka??? Apakah ini pengaruh pergaulan yang semakin bebas?? Atau karena mereka belum sadar kalau shalat itu penting?? Entahlah…
Saat acara selesai, mereka pamit satu per satu. Terkecuali meta,cecyl dan astrid. Mereka tinggal beberapa saat untuk berbincang-bincang denganku.
“kamu kok lebih memililih sekolah di pesantren sih shel, apa enaknya disana? Enakan juga sekolah di luar, banyak cowok, bisa shopping tiap hari, dan bisa bergaya mengikuti tren” jelas astrid dengan bangga.
“awalnya, aku juga nggak mau, tapi lama kelamaan, ternyata asyik juga kok. Yah,walaupun disana nggak ada cowok, tapi aku punya banyak teman cewek yang setiap hari menjadi tempat curhat baik dalam kesusahan maupun dalam kesedihan”
“tapi kan, sorry yah shel, kamu kelihatan tampak norak diantara semua teman-teman kita tadi. Aku kan juga jadi malu. Masa pakaian mereka lebih modis daripada kamu sih,padahal kan kamu punya banyak uang yang bisa kamu pakai untuk beli baju-baju bagus, aksesoris, atau sepatu –sepatu lucu.” Jelas meta.
Mendengar ucapannya, sempata terlintas rasa cemburu di hatiku. Mungkin meta ada benarnya. Tapi, aku harus teguh dengan pendirianku. Suatu saat nanti aku yakin akan mendapatkan hikmahnya.
Pebincangan kami terus berlanjut, aku lebih memilih untuk mendengarkan daripada berbicara. Aku takut itu akan menimbulkan masalah. Astrid dan meta sibuk mengoreksi keganjalan-keganjalan yang ada padaku karena jilban dan baju muslimah ini. Mereka terus membujukku untuk berubah. Tapi aku hanyatersenyum. Tak terasa sudah jam 9 malam. Mereka akhirnya pamit nutk pulang. Kututup pintu dan masuk ke kamar untuk shalat isya. setelah shalat, ku persiapkan barang-barangku untuk balik ke asrama besok sore. Libur di sana amat singkat,kami diberi kesempatan untuk libur sekali dan sebulan. Hahaha,,, inilah kehidupan anak pesantren.
*******
4 bulan,8 bulan, setahun bahkan telah sampai 3 tahun aku berada di asrama pesantren ini.UAN pun telah selesai kami jalani. Dan Alhamdulillah kami lulus 100%. Senang rasanya mendengar berita suka itu. Namun, dibalik kesenangan itu, muncul juga kesedihan karena kami semua akan berpisah. Aku sangat berat untuk melepas mereka semua. Banyak moment-moment lucu yang kami alami bersama.
Tak terasa, air mataku menetes dengan sendirinya membasahi jibab putih yang kupakai. Di hari penamatan ini, aku,Icha dan ririn bertukar barang yang kami pakai sebagai kenang-kenangan bila sedang rindu. Piiippp………suara mobil papa terdengar dari kejauhan. Ia hendak menjemputku untuk pulang. Kupeluk erat kedua sahabatku itu. Sambil mengucapkan salam perpisahan. Setelah itu, ku angkat koper dan barang lainnya naik ke bagasi. Mobil pun berjalan meninggalkan asrama di ikuti dengan tangisanku yang tak mau berhenti.
*******
Setelah lulus sma, aku memilih untu kerja terlebih dahulu. Bila ada modal, inya Allah aku akan melanjutkan pendidikanku di bangku kuliah. Aku ingin hidup mandiri dan tidak memberatkan kedua orang tuaku. Walaupun mereka bisa membiayaiku, tapi aku akan berusaha untuk mandiri.
Setiap pagi, ku baca Koran untuk mencari lowongan kerja, mencari berita kesana-kemari, bahkan sampai bertanya ke toko-toko. Setelah tiga hari, aku melihat lowongan pekerjaan di tempel di tiang listrik. Ia membutuhkan tenaga kerja yang berusia 17-25 tahun dengan pengalaman yang cukup mapan di bidang akuntansi.
Ke esokan harinya kucoba mendatangi perusahaan tersebut. Aku masih ragu,karena biasanya perusahan hanya menerima lulusan S1/D3. Sedangkan aku hanya lulusan sma yang berasal dari pesantren pula.
“permisi pak…apa disini membutuhkan tenaga kerja?” tanyaku pada security yang menjaga dipagar. Perusahan ini tampak besar. Yah walaupun tak sebesar perusahaan yang di tv-tv.
“ia dek…silakan masuk. Langsung ke dalam aja. Tapi melapor sama mbak yang di dalam itu yah!” katanya seraya menunjuk ke dalam seorang wanita paruh baya yang sedang sibukmenulis.
Kuberjalan dengan hati yang berdebar-debar. Ini adalah pengalaman pertamaku untuk melamar pekerjaan. “Maaf mbak,saya mau melamar pekerjaan”
“oh iya, sebentar yah mbak, silakan duduk dulu. Sebentar saya panggil.”
“iya mbak. Makasih”
Akupun duduk di ruang tunggu. Ternyata tidak hanya aku saja yang ingin melamar pekerjaan hari ini dan di tempai ni pula. Ada beberapa orang yang menunggu sepertiku. Bila dilihat dari dandanannya, mereka sepertinyamahasiswa atau orang-orang yang telah ahli. Kebanyakandari mereka menggunakan rok mini dan baju kemeja. Hanya ada seorang wanita yang memakai jilbab sepertiku. Kulirik mereka satu per satu. Mataku terhenti di salah seorang wanita yang wajahnya tak asing lagi.
“Metha,,,” sapaku. Ia mencari arah suaraku.
“hy ..aku disini”
“hy,Sheila,, “ dia menghampiriku.”ngapain kamu disini??”
“mau melamar pekerjaan. Kamu sendiri? Mau melamar juga?”
“ia. Loh kok kamu mau ngelamarpekerjaan di sini sih?”
“ memangnya kenapa?”
“kamu kan nggak punya pengalaman sepertiku. Aku sekolah di SMK kejuruan yang gampang di terima,sedangkan kamu,hanya lulusan pesantren yang nggak mempelajari hal-hal yang banyak. Kayak aku gini.” Perkataannya serasa menjatuhkan semangatku untuk melanjutkan niatku melamar kerja.
“ia sih,, tapi akan aku usahain deh”
Satu-per satu masuk menemui manager kantor. Dan sekarang tiba giliranku untuk masuk. Di dalam, manager tersebut memeriksa berkas yang kubawa.
“ maaf pak, jujur aja,saya baru lulus SMA. Itupun tamatan pesantren. Saya melamar kerja, untuk mencari modal untuk kuliah. Tapi insya Allah saya bisa dalam hal ekonomi akuntansi.”
“apa keahlian yang kamu punya? Dan berikan alasan agar kami bisa menerima kamu?”
“mungkin untuk keahlian, saya memang tidak bisa seperti orang yang bersekolah di kejuruan. Tapi saya lebih mengedepankan kedisipilinan dan kejujuran.”
Setelah melakukan inter view, kami kembali diuji secara tulisan. Setelah itu mengisi formulir dan beberapa data yang harus dilengkapi.
Setelah selesai, kami menunggu hasilnya di ruang tunggu. Tak beberapa lama kemudian, seorang wanita keluar dan membacakan hasilnya.
“saya akan mengumumkan hasil interview. Nama-nama yang saya panggil adalah orang-orang yang diterima untuk kerja disini dan dipersilahkan untuk masuk mengisi data kepegawaian.
“pertama, ningrum widyastuti.” Ternyata dia Wanita yang memakai jilbab sepertiku.
“kedua, herianto” salah seorang pria yang datang belakangan.
“dan yang terakhir…” astaga, yang terpilih hanya 3 orang rupanya. Semangatku mulai runtuh. Kuputuskan untuk keluar daru ruangan dan pulang dengan kekecewaan.
“Sheila candrawinata”
Haaahhh…..alhamdulillah, aku terpilih. Sumpah, ini tidak terbayangkan olehku. Terima kasih ya Allah.
“hah, kenapa bisa gitu mbak, dia Cuma tamatan sma biasa. Pesantren pula. Sedangkan aku, tamatan sekolah kejuruan yang ahli di bidang akuntansi.” Protes meta ke wanita yang membacakan hasil interfiew tadi.
“maaf mbak, di perusahaan kami bukan memilih dari keahlian atau tinggi pendidikannya. Tapi kami lebih mengedepankan kedisiplinan dan yang paling utama adalah kejujuran. Dan mbak Sheila, memiliki potensi karena didasari sekolah agama yang baik”
Posting Komentar